Reef Check Karimunjawa 2009
SUARA MERDEKA - Perairan Tercemar, Bulu Babi Meningkat

Sudah lebih dari satu dekade Reef Check (pemantauan terumbu karang) di Karimunjawa dilakukan. Kegiatan pertama digelar 1997. Lalu pada 1999, unit kegiatan mahasiswa Marine Diving Club yang bernaung di bawah jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip Semarang menginisiasi Reef Check Karimunjawa dan menggelarnya secara rutin setiap tahunnya.

Teknik reef check yang terbilang praktis ini dilakukan dengan menghitung persentase tutupan karang dan biota indikator yang berasosiasi dengan terumbu karang. Cara yang digunakan juga sederhana yakni dengan metode point transect untuk substrat (karang hidup, karang mati, pasir, lumpur, dsb) dan belt transect untuk biota selain karang seperti ikan dan berbagai jenis avertebrata di wilayah terumbu seperti bulu babi atau lobster.

Komunitas ikan terumbu yang diamati termasuk memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi target tangkapan baik dengan alat tangkap pancing, tombak, bubu maupun dengan sianida dan bahan peledak. Beragam ikan itu adalah semua jenis kerapu (grouper lebih dari 30 cm), kerapu kembang (baramundi cod), kakap (snapper), ikan bibir tebal (sweetlips), napoleon, ikan kakatua besar (bumphead parrotfish), ikan kepe-kepe (butterflyfish), hiu, pari manta, ikan kakatua dan belut laut. Populasi Ikan Menurut ahli terumbu karang Undip Dr Munasik MSc, tak hanya sekadar menilai berapa persen tutupan karang khususnya pada hard coral, tetapi sangat penting mengetahui apakah ikan atau invertebrata yang menjadi indikator kondisi terumbu karang masih terjaga dengan baik. Dari hasil pengamatan reef check selama lima tahun terakhir, nampaknya terjadi penurunan kelimpahan ikan indikator butterflyfish yang diduga akibat tingginya eutrofikasi (pemupukan unsur hara).

Kenaikan eutrofikasi akibat pengayaan bahan organik di terumbu karang berarti juga indikasi masuknya bahan cemar. Secara ekologis, sebuah perairan yang bahan organiknya meningkat juga memicu tingginya algae, sehingga banyak biota yang tergantung dengan algae turut meningkat pula.

Dari hasil sementara ini, ada kecenderungan peningkatan bulu babi di kepulauan tersebut. Kisaran bulu babi dengan rata-rata kelimpahan 84 individu/1000m3 di semua site dengan kedalaman 3 meter dan 10 meter, terus meningkat hingga level 100 individu/1000m3. Data kelimpahan butterflyfish, lanjut dia, juga mengalami tren penurunan sejak tahun 2006 yang sebelumnya bisa 80 individu kini hanya 40 individu/1000m3. (Modesta Fiska, Hendra Setiawan-60)
0 Responses

Posting Komentar